Thursday 19 May 2016

Museum Wayang Kulit Wuryantooro adalah sebuah museum yang berlokasi di Kecamatan Wuryantoro, Kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Jarak dari kota sekitar 15 km dan dapat dicapai dengan kendaraan pribadi dalam waktu kurang dari 30 menit. Museum ini didirikan pada masa pemerintahan Bupati Begug Poernomosidi yang juga seorang dalang di kabupaten Wonogiri.
Museum Wayang Indonesia terletak di dalam kompleks Padepokan Pak Bei Tani M Ng. Prawirowihardjo di kecamatan Wuryantoro kabupaten Wonogiri pada Jalan Raya Wonogiri – Pracimantoro km 13. Diresmikan oleh Ibu Megawati Soekarnopoetri, Presiden Republik Indonesia pada waktu itu, pada tanggal 1 September 2004. Dan hingga kini menjadi kebanggan warga Wuryantoro. Museum ini dikelola oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Wonogiri dan buka tiap hari kerja dari Senin – Sabtu pukul 07.00 – 14.00. Tiket masuknya pun gratis, alias tidak membayar.
Disebut sebagai Museum Wayang Indonesia karena memiliki koleksi wayang bukan hanya dari daerah Jawa Tengah tetapi juga dari daerah lain di Indonesia yaitu Jawa Barat dan Bali. Di tempat ini tersimpan ratusan koleksi wayang aneka jenis mulai dari abad 17. Paling tidak ada sekitar 436 buah wayang dari 15 jenis tertata rapi di museum yang berlokasi di sebelah timur Kantor Kecamatan Wuryantoro tersebut. Sebagian besar merupakan hadiah dari beberapa dalang dan kolektor wayang.
Yang menarik ada sejumlah wayang yang dibuat di awal abad 17. Seperti tokoh Udowo tahun 1714 milik Kyai Ageng Dalang Panjang Mas yang diturunkan ke Raden Mas Tumenggung (RMT) Ki Lilik GHD. Juga tokoh Semar, Durga, Gareng, dan Srimpen yang dibikin tahun 1918 hadiah dari Ki Dalang Warsino Guno Sukasno.

 
Wayang koleksi lain ada yang disungging tahun 1810 (Indrajid), 1811 (Werkudoro), dan 1825 (Surati Mantro). Kolektor wayang, Begug Poernomosidi (mantan Bupati Wonogiri) tak ketinggalan menghibahkan wayang buatan tahun 1918. Diantaranya Abiyoso, Limbuk, dan Cantrik.
Koleksi wayang yang ada antara lain Wayang Kulit Purwa, Wayang Golek, Wayang Bali, Wayang Klitik, Wayang Suket (rumput), Wayang Beber dari Bali, Topeng, dan bakalan wayang (wayang mentahan belum jadi sempurna). Beberapa koleksi diantaranya ada koleksi wayang atau lukisan yang sempat masuk penghargaan MURI (Museum Rekor Indonesia) karena keunikannya, yaitu lukisan Semar terkecil berukuran 3 X 3 cm buatan Ki Djoko Sutedjo yang mendapatkan penghargaan dari MURI pada bulan Agustus 1998.
Beberapa koleksi diantaranya merupakan hibah dari Bapak H. Begug Poernomosidi (Bupati Wonogiri) antara lain wayang Semar buatan tahun 1716 dari Batu (Wonogiri) yang sekaligus juga merupakan koleksi tertua dari Museum Wayang Indonesia ini. Wayang Semar ini dahulu dipakai untuk pengruwatan leluhur Ki Warsino Guno Sukasno pada masa kerajaan Kartasuro. Ada juga wayang Limbuk dan Cangik yang selalu dipakai Bapak Begug waktu ikut mendalang sebagai alat berkomunikasi dengan warga.
Koleksi tua lain adalah wayang kulit Raden Udowo yang diproduksi tahun 1714. Menurut sejarahnya, wayang tersebut dulunya milik leluhur Kyai Dalang Panjang Mas I, seorang tokoh seniman wayang pada jamannya. Wayang ini dahulu biasa dipakai untuk pengruwatan leluhur Ki Warsino Guno Sukasno, yaitu seorang tokoh terpandang pada masa kerajaan Kartasuro. Selain itu, ada juga koleksi wayang Limbuk dan Cangik yang selalu dipakai Bapak Begug waktu ikut mendalang sebagai alat berkomunikasi dengan warga. Koleksi lain adalah beberapa wayang kuno buatan keraton Kasunanan Surakarta sejak dua abad lalu.
“Disini selain wayang kulit ada jenis lain, seperti wayang beber, klithik, golek, wayang wahyu, mini, krucil, kompeni, wayang tembaga, wayang kertas, juga wayang suket dari Ki Slamet Gundono, jenisnya ada 15,” jelas Suyadi, penjaga Museum Wayang Wuryantoro.
Selain museum wayang yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas, ternyata  di sinilah alamarhum mantan Presiden RI ke 1 yaitu Bp. Soeharto dahulu menikmati masa kanak-kanak hingga remajanya. Secara kebetulan, atau mungkin bermaksud untuk mengenang sejarah perjalanan sang tokoh, di bekas tempat tinggalnya dululah, kini berdiri sebuah bangunan museum wayang.  Museum yang dulu diresmikan oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri ini, boleh dikatakan sepi peminat. Padahal, kunjungan ke museum ini, selain menambah wawasan tentang pewayangan, juga bisa untuk napak tilas jejak mantan Presiden Soeharto. Pasalnya, beliau dulu sempat tinggal di sini semasa kecil hingga menjadi tentara.
“Menurut cerita sesepuh desa, pak Harto dulu tinggalnya di sini, ikut pamannya
Pak Bei Tani M Ng. Prawirowihardjo,” tutur suami dari Riyanti ini.
Menurutnya, tempat itu dulunya adalah tempat tinggal atau padepokan dari almarhum Pak Bei Tani (Mantri Dinas Pertanian, sebutan akrab untuk paman soeharto). Nah di tempat itulah pak Harto kecil diopeni (diasuh) oleh pamannya tersebut. Jejak peninggalan mantan Presiden Soeharto itu masih melekat di benak warga Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Semua peninggalan Pak Harto hingga kini masih terpelihara rapi di Museum Wayang Indonesia tersebut. Salah satunya adalah bangku yang pernah digunakan presiden kedua Indonesia itu saat menimba ilmu di Sekolah Rakyat (SR, setingkat SD) di Desa Wuryantoro.

0 comments:

Post a Comment

Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.

Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.

Contact Admin

Recent Post

    Area Soloraya

    VISIT SOLORAYA

    Seni Budaya Jawa

    Popular Posts

    Kalender

    Translate To



    EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified



    Labels

    Boyolali (14) Karanganyar (25) Klaten (11) Sragen (17) Sukoharjo (11) Surakarta (13) Wonogiri (14)