Sunday 4 December 2016


Telaga Bandoet merupakan nama salah satu objek wisata di Bumi Sukowati. Telaga ini berlokasi di Dusun Jetis, RT 011, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen.
Objek wisata ini terletak di perbukitan lereng Gunung Lawu. Telaga Bandoet berjarak sekitar 20 km dari Kota Sragen. Telaga ini tidak terlalu lebar, namun airnya cukup melimpah.
Pemerintah desa (Pemdes) Sukorejo mulai mengembangkan potensi Telaga Bandoet dengan membangun kolam renang pada awal 2014 silam. Cukup dengan merogoh kocek sedalam Rp2.000 untuk membayar tiket, pengunjung bisa menikmati kemurnian air telaga ini. Udara segar dipadu dengan pemandangan alam berupa pegunungan dan perbukitan yang indah menjadi bonus yang bisa dinikmati pengunjung.
Berdasar cerita yang berkembang di masyarakat, cerita tentang asal muasal Telaga Bandoet tidak bisa dilepaskan dari kisah Ki Joko Budug. Dia merupakan seorang putra Raja Majapahit bernama lengkap Raden Haryo Bangsal.
Cerita bermula ketika Ki Joko Budug pergi dari kerajaan untuk berpetualang. Dia tiba di sebuah pemukiman di Desa Bayem Taman di kawasan Sine Ngawi. Di desa itu, Ki Joko Budug singgah di rumah Mbok Rondo Dadapan. Tak jauh dari permukiman itu terdapat Kerajaan Pohan.
Saat itu musim kemarau datang. Pohon Pisang Pupus Cinde Mas kesayangan Raja Kerajaan Pohan layu. Raja kemudian membuat sayembara. Siapa yang bisa mengalirkan air ke pohon Pisang Pisang Cinde Mas, jika laki-laki akan dijadikan menantu, jika perempuan akan dijadikan anak angkat.
Mendengar sayembara itu, Ki Joko Budug meminta izin Mbok Rondo Dadapan untuk mengikutinya. Joko Budug berhasil membuat sebuah tongkat dari dahan pohon kelapa. Tongkat yang diberi nama Luh Gading itu biasa digunakan Budug untuk menggembalakan kambing.
Konon tongkat Luh Gading itu cukup sakti. Tongkat itu bisa digunakan untuk membelah batu. Bahkan, tongkat itu bisa digunakan untuk menumbuhkan mata air.
“Oleh Ki Joko Budug, tongkat itu ditancapkan ke permukaan tanah. Saat tongkat itu dicabut tiba-tiba keluar air yang cukup melimpah dari lubang tanah. Air itu cukup melimpah hingga akhirnya menjadi sebuah telaga yang kemudian dikenal dengan nama Bandoet,” jelas Kepala Desa Sukorejo Sukrisno, awal Juli 2016 lalu.


Aliran air itu lalu mengalir ke Sungai Sawur yang membelah wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak hanya itu, Ki Joko Budug juga mampu membuat terowongan di dalam tanah dengan tangan kosong.
Terowongan itu menghubungkan Kali Sawur dengan taman yang ditanami pohon pisang kesayangan raja itu. Hingga kini, terowongan bawah tanah itu masih bisa dijumpai hingga sekarang. Konon, tongkat Ki Joko Budug itu dikuburkan tak jauh dari Telaga Bandoet.

Contact Admin

Recent Post

    Area Soloraya

    VISIT SOLORAYA

    Seni Budaya Jawa

    Popular Posts

    Kalender

    Translate To



    EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified



    Labels

    Boyolali (14) Karanganyar (25) Klaten (11) Sragen (17) Sukoharjo (11) Surakarta (13) Wonogiri (14)