
Telaga Bandoet merupakan nama salah satu objek wisata di Bumi Sukowati.
Telaga ini berlokasi di Dusun Jetis, RT 011, Desa Sukorejo, Kecamatan
Sambirejo, Sragen.
Objek wisata ini terletak di perbukitan lereng Gunung Lawu. Telaga
Bandoet berjarak sekitar 20 km dari Kota Sragen. Telaga ini tidak
terlalu lebar, namun airnya cukup melimpah.
Pemerintah desa (Pemdes) Sukorejo mulai mengembangkan potensi Telaga
Bandoet dengan membangun kolam renang pada awal 2014 silam. Cukup dengan
merogoh kocek sedalam Rp2.000 untuk membayar tiket, pengunjung bisa
menikmati kemurnian air telaga ini. Udara segar dipadu dengan
pemandangan alam berupa pegunungan dan perbukitan yang indah menjadi
bonus yang bisa dinikmati pengunjung.
Berdasar cerita yang berkembang di masyarakat, cerita tentang asal
muasal Telaga Bandoet tidak bisa dilepaskan dari kisah Ki Joko Budug.
Dia merupakan seorang putra Raja Majapahit bernama lengkap Raden Haryo
Bangsal.
Cerita bermula ketika Ki Joko Budug pergi dari kerajaan untuk
berpetualang. Dia tiba di sebuah pemukiman di Desa Bayem Taman di
kawasan Sine Ngawi. Di desa itu, Ki Joko Budug singgah di rumah Mbok
Rondo Dadapan. Tak jauh dari permukiman itu terdapat Kerajaan Pohan.
Saat itu musim kemarau datang. Pohon Pisang Pupus Cinde Mas
kesayangan Raja Kerajaan Pohan layu. Raja kemudian membuat sayembara.
Siapa yang bisa mengalirkan air ke pohon Pisang Pisang Cinde Mas, jika
laki-laki akan dijadikan menantu, jika perempuan akan dijadikan anak
angkat.
Mendengar sayembara itu, Ki Joko Budug meminta izin Mbok Rondo
Dadapan untuk mengikutinya. Joko Budug berhasil membuat sebuah tongkat
dari dahan pohon kelapa. Tongkat yang diberi nama Luh Gading itu biasa
digunakan Budug untuk menggembalakan kambing.
Konon tongkat Luh Gading itu cukup sakti. Tongkat itu bisa digunakan
untuk membelah batu. Bahkan, tongkat itu bisa digunakan untuk
menumbuhkan mata air.
“Oleh Ki Joko Budug, tongkat itu ditancapkan ke permukaan tanah. Saat
tongkat itu dicabut tiba-tiba keluar air yang cukup melimpah dari
lubang tanah. Air itu cukup melimpah hingga akhirnya menjadi sebuah
telaga yang kemudian dikenal dengan nama Bandoet,” jelas Kepala Desa
Sukorejo Sukrisno, awal Juli 2016 lalu.

Aliran air itu lalu mengalir ke Sungai Sawur yang membelah wilayah
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak hanya itu, Ki Joko Budug juga mampu
membuat terowongan di dalam tanah dengan tangan kosong.
Terowongan itu menghubungkan Kali Sawur dengan taman yang ditanami
pohon pisang kesayangan raja itu. Hingga kini, terowongan bawah tanah
itu masih bisa dijumpai hingga sekarang. Konon, tongkat Ki Joko Budug
itu dikuburkan tak jauh dari Telaga Bandoet.
0 comments:
Post a Comment
Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.
Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.