Candi Kethek masih berada di lereng Barat Gunung Lawu, dan saya
kunjungi dengan meneruskan langkah kaki setelah menyimpang dari jalur
jalan dan mampir selama beberapa saat ke Puri Taman Saraswati dengan patung Dewi Saraswati yang sangat elok dan sendang berair jernih segar.
Jalan setapak ke Candi Kethek boleh dikatakan cukup baik, hanya saja
setelah melewat pinggiran jurang yang cukup dalam dan berbelok ke kiri,
jalan setapak itu memburuk setelah bercabang dua. Satu jalur berada di
sebelah kiri, dan jalur satu lagi berada di sebelah kanan menanjak tajam
tanpa undakan memadai.
Saya memilih jalur yang di kanan karena tampaknya lebih dekat
jaraknya meskipun kerepotan untuk menapakinya, dan harus hati-hati agar
tak terpeleset. Jalur ini jelas akan menjadi licin dan sulit untuk
dilewati jika hujan turun.
Selewat tanjakan tajam itu sampailah saya di sebuah dataran dimana di
sebelah kanan terdapat teras-teras bertingkat, semuanya ada empat
teras, yang masing-masing dihubungkan dengan undakan batu di bagian
tengahnya.
Sekelompok orang tampak tengah berjalan di jalan setapak di tepian jurang yang beberapa saat sebelumnya telah saya lewati. Ketika mengambil foto ini saya membelakangi kelokan ke kiri yang berlanjut ke tanjakan terakhir itu.
Situs Candi Kethek lokasinya berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,
Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang berjarak
sekitar 300 meter di sebelah Timur Laut Candi Cetho.
Nama candi kabarnya diberikan oleh masyarakat setempat karena di
sekitar candi dulu sering dijumpai kawanan kera. Hanya saja selama saya
berada di lokasi candi, tak satu ekor kera pun datang untuk menyapa…
Dataran cukup luas di pelataran pertama Candi Kethek yang memperlihatkan trap-trap pada teras-teras di atasnya, serta undakan-undakan batu di bagian tengah yang menghubungkan semua teras itu.
Di sisi sebelah kiri yang tak tampak pada foto terdapat tengara nama
Candi Kethek, serta sebuah papan pamer yang dibuat Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, berisi informasi seputar Candi
Kethek, foto-foto, serta kegiatan yang pernah dilakukan di situs ini.
Dari papan itu saya ketahui bahwa selain Candi Sukuh, Candi Cetho dan
Candi Kethek, di lereng Barat Gunung Lawu ini juga terdapat candi lain,
yaitu Candi Planggatan dan Candi Menggung. Dari denah terlihat bahwa
Candi Kethek merupakan candi dengan lokasi tertinggi dibanding candi
lainnya.
Situs Candi Kethek dibuat menghadap ke Barat. Pada anak tangga paling
bawah terdapat arca kura-kura yang terkait dengan cerita mitos
Samudramanthana, hanya saja saat itu saya tak memperhatikannya.
Melihat undakan yang jumlahnya tak sedikit, saya memilih mendaki ke
puncak teras candi lewat jalan setapak yang berada di sisi sebelah
kanan, lebih mudah, lebih cepat, dan lebih menghemat tenaga.

Sesampainya di dataran teras keempat ini ternyata tidak ada bangunan candi kecuali sebuah stana kecil dengan kemuncak mahkota, dibalut kain khas Bali yang terlihat sudah mulai kotor, serta sebuah anglo di depan stana yang digunakan untuk menancapkan hio.
Pada teras ini diperkirakan terdapat bangunan induk atau candi utama,
namun batu-batuan bekas candi tak terlihat di sana, entah masih
terbenam di dalam tanah atau terserak di tempat lain. Candi Kethek
diperkirakan dibangun pada periode yang sama dengan pembangunan Candi
Cetho dan candi-candi lainnya di lereng Gunung Lawu ini, yaitu sekitar
abad XV – XVI Masehi.
Pada 2005 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah
bekerjasama dengan UGM telah mengadakan penggalian arkeologi di Candi
Kethek ini, diantaranya menemukan arca kura-kura di undakan dasar itu,
serta di teras kedua dan ketiga menemukan masing-masing dua sruktur
bangunan di sisi Utara dan Selatan.
Adanya arca kura-kura dari cerita Samudramanthana itu memberi
petunjuk bahwa Candi Kethek merupakan tempat peruwatan untuk membebaskan
seseorang dari kesalahan atau dosa. Kisah Samudramanthana adalah
pengadukan lautan untuk mencari Tirta Amrta oleh para dewa dan raksasa
dengan menggunakan Gunung Mandara (Mandaragiri) sebagai pengaduknya,
ditopang oleh kura-kura jelmaan Dewa Wisnu.
Candi Kethek akan menjadi lebih menarik jika saja candi pada teras
keempat kembali dibangun. Bila Gianyar telah bermurah hati menyumbang
patung Dewi Saraswati yang sangat cantik dan anggun untuk Puri Taman
Saraswati, maka tak ada salahnya jika Badung atau Klungkung menyumbang
bangunan candi elok untuk Candi Kethek.
0 comments:
Post a Comment
Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.
Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.