Sekaten adalah festival rakyat tahunan yang diadakan pada tiap
tanggal lima pada bulan Jawa Mulud yakni bulan yang ketiga, sesuai
dengan sistem kalender Jawa. Festival Sekaten Solo didedikasikan untuk
merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Festival ini dimulai ketika dua gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai
Guntur Sari mulai dikumandangkan untuk gending ( komposisi musik Jawa)
Rambu dan Rangkur. Berdasarkan sejarah, gending ini diciptakan oleh Wali
Sanga di abad ke-15 untuk menarik orang-orang dalam penyebaran Islam.
Untuk menarik perhatian orang, gamelan yang dibuat ulang dengan ukuran
lebih besara agar suara berkumandang lebih keras agar menjangkau
orang-orang lebih jauh.
Sekaten berasal dari kata syahadatain atau syahadat. Syahadatain
adalah dua kalimat yang diucapkan seseorang ketika akan memeluk agama
Islam. Kalimat pertama adalah pengakuan kepada Allah yang dilambangkan
dengan Gamelan Kyai Guntur Madu, sedangkan kalimat kedua adalah
pengakuan bahwa Muhammad SAW sebagai utusan Allah dilambangkan dengan
Gamelan Kyai Guntur Sari. Pada masanya, Wali Sanga mendakwahkan Islam
selama tujuh hari berturut-turut (Malam Sekaten) dengan latar gending
gamelan.
Sekarang ini, selain untuk mempertahankan budaya Jawa, Sekaten juga
bertujuan untuk memenuhi sektor ekonomi dan pariwisata di area Solo.
Beberapa ritual atau yang biasa dikenal sebagai Grebeg Mauludan masih
dilestarikan sebagai tradisi dan daya tarik untuk menarik perhatian para
wisatawan.