Monday 14 March 2016


Sangiran, tak asing lagi kita dengar di telinga kita. Sebuah situs purbakala yang berada di daerah Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Sragen.

Kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang jalan-jalan wisata saya ke Situs Purbakala Sangiran tersebut yang saya tempuh melalui perjalanan dari Kota Sragen.
Pembangunan infrastruktur sebagai pendukung obyek wisata Situs Sangiran dari arah Kota Sragen memang sedikit mengecewakan, terutama jalan sepanjang perjalanan ke obyek wisata tersebut kurang mendapatkan perhatian.

Hal ini mungkin wajar karena tentunya banyak wisatawan domestik maupun internasional yang berkunjung ke situs Sangiran melalui jalur dari Kota Surakarta.
Akses dari Kota Surakarta atau Solo ditempuh dengan jarak sekitar 17 KM melalui jalur menuju Kecamatan Kalijambe, sementara jika ditempuh dari Semarang bisa lebih cepat melalui Karanggede, Gemolong, Kalijambe lalu Sangiran selain alternative lain melalui Purwodadi, Gemolong , Kalijambe dan Sangiran dengan jarak kurang lebih 100 KM.

Namun tetap menjadi satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Sragen dalam penyediaan akses wisata yang mereka miliki di wilayahnya.

Museum Sangiran adalah situs cagar budaya sebagi tempat terhimpunnya berbagai macam penemuan barang-barang arkelogi dari jaman purbakala yang sudah di akui oleh dunia dari beberapa situs penemuan di sekitar Sangiran.
Museum Sangiran mencakup dua wilayah Kabupaten penemuan yaitu Kabupaten Sragen yaitu Kecamatan Plupuh, Kalijambe dan Gemolong dan satu kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah administrative Kabupaten Karanganyar.

Tiket masuk ke Museum Sangiran relative murah, per –tanggal 4 April 2015 setiap pengunjung dikenai tarif masuk sebesar Rp 5.000,00 (belum termasuk biaya parkir sebesar Rp 2.000,00 per-motor). Dan untuk wisatawan mancanegara dikenakan tariff masuk sebesar Rp 11.500,00 untuk setiap pengunjung. Sesuai dengan PERDA No.2 Tahun 2011 Kabupaten Sragen.

Apa saja yang bias dinikmati di Museum Purbakala Sangiran?

Tentunya hal ini menjadi pertimbangan bagi wisatawan yang berkunjung. Sangiran menyajikan keaslian alam hal ini bisa dilihat dari keadaan sekitar museum, pemandangan hutan-hutan yang ada disekitar area wisata dan keaslian kehidupan masyarakat di sekitarnya juga. Yang semua bisa dinikmati dari menara pandang yang di sediakan oleh museum dan dari sepanjang lorong-lorong jalan menuju ke museum.

Jika kurang jelas menikmati pemandangan alam sekitar bisa menggunakan fasilitas lain dengan menyewa teleskop yang tersedia.
Di dalam museum bisa kita nikmati sarana audio visual yang memberikan berbagai penjelasan tentang berbagai proses, misalnya proses ditemukannya situs purbakala Sangiran, proses evolusi manusia, proses alam raya dan gugusan gunung-gunung berapi yang tentunya semua berhubungan dengan proses dari adanya kejayaan manusi purba.

Tersedia juga fasilitas dasar tempat wisata seperti tempat bermain anak-anak, tempat nongkrong bagi remaja, taman-taman bunga yang diatur sangat cantik termasuk ketersediaan sarana-sarana umum seperti toilet dan lain-lain yang tetap terjaga.
Bagi anda yang perlu menginap, di sediakan pula tempat menginap yang tentunyua tidak gratis. Fasilitas penginapan terutama disediakan untuk para peneliti di situs tersebut yang datang dari berbagai Negara di dunia yang sedang melakukan penelitian maupun mempelajarinya.

Selain penginapan juga tersedia pendopo, tempat representasi, tempat santai keluarga dan tentu tidak kalah penting adalah tempat penjualan souvenir dan cenderamata khas dari Sangiran. Spesial memang anda bisa mendapatkan replica dari Pithecanthropus erectus disini sebagai pajangan di rumah anda.

Selayang pandang tentang Museum Sangiran (materi dari tulisan dan data yang tertera di Museum Sangiran)

  Situs purbakala Sangiran terletak di tepi Sungai Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Pada waktu ditemukan oleh G.H.R (Gustav Heinrich Ralph) von Koenigswald, Sangiran adalah daerah perbukitan yang tandus.


Pada tahun 1934, G.H.R. von Koenigswald menemukan sejumlah alat serpih dari bebatuan jaspis dan kalsedon di Sangiran yang berjumlah ribuan hingga dia menyebutnya sebagai “Sangiran Flakes Industry”.
Kemudian menyusul penemuan penting lainnya yitu berupa rahang bawah atau di sebut mandibula dari fosil Meganthropus Paleojavanicus dan fosil Pithecanthropus Erectus atau “manusia jawa”.

Penemuan-penemuan tersebut menarik minat para peneliti lain guna menyusuri jejak-jejak kehidupanh purbakala di bukit Sangiran.

Peneliti dari Indonesia, yaitu T. Jacob dan S. Sartono memulai ekskavasi pada tahu 1960-an kemudian diikuti oleh Pusat Penelitian Arkelologi Nasional (Puslit Arkenas) dan Balai Arkelogi Yogyakarta.

Telah diungkap dari situs Sangiran sekitar 65% fosil manusia di Indonesia dan angka tersebut adalah sekitar 50% dari populasi takson homo erectus di seluruh dunia. Ini menjadikan Sangiran sebagai situs terlengkap di dunia.

Proses terjadinya kubah Sangiran

Lapisan tanah di Sangiran adalah lapisan tanah yang “terbuka” secara alami yang sangat memungkinkan para peneliti untuk melakukan penelitian secara mendalam.

Kubah Sangiran dilalui Sungai Cemoro yang secara prose salami mengalami erosi, yang membuat lapisan tanah di sekitarnya yang berusia 2 juta tahun hingga 200ribu tahun yang lalu menjadi terbuka dan dapat dilihat. Lapisan tanah dari masa pliosen akhir hingga akhir pleistosen tengah.

Dalam lapisan tanah “tua”tersebut dapat ditemukan berbagai macam informasi mengenai kehidupan masa lalu yang terekam dalam lapisan tanah, bvebatuan, tumbuhan fosil makhluk hidup dan peralatan-peralatan yang pernah digunakan pada masa itu.

Sangiran juga menyimpan ribuan fosil kehidupan dasar laut, yang menjadi bukti bahwa masa itu Sangiran merupakan hamparan dasar laut yang mengalami proses alam berjuta-juta tahun hingga menjadi sebvuah daratan seperti sekarang ini.

Sangiran dinyatakan sebagai warisan dunia

Pada ulang tahun UNESCO ke – 20 di kota Merida, Meksiko. Sangiran ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia (word heritage) pada tahun 1996. Dengan penetapan dari pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1877 tanggal 5 Maret 1977.

Yang unik dari Museum Sangiran

Yang saya rasa unik dari Museum Sangiran adalah pengaturan alur pengunjung untuk memasuki setiap display pameran yang memiliki start dan ending dan memulai tahap selanjutnya.

Artinya pengunjung memiliki option / pilihan untuk melalui semua proses dan melewati proses. Dan akan mendapatkan informasi yang berurut dalam setiap prosesnya. Hal ini sangat penting untuk mempelajari pemahaman proses yang terjadi.

Di atas tanah seluas kurang lebih 16.675 meter persegi kita di arahkan untuk mengikuti alur cerita atau proses tersebut.

Memasuki ruang utama kita bisa mendapatkan proses yang terjadi pada saat eksvakasi yang dilakukan oleh von Koenigswald yang berhasil menemukan fosil Pithecanthropus Erectus atau di sebut kera berjalan tegak.
Bukan hanya Pithecantropus Erectus dapat kita lihat di sana , namun juga fosil lain seperti Pithecanthropus Mojokertensis ( Pithecanthropus Robustus), Meganthropus Palaeojavnicus, Homo Soloensis, Homo Neanderthal Eropa, Homo Neandethal Asia, Homo Sapiensis.

Semua dalam bentuk replica, karena fosil yang asli disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoantropologi UGM, Yogyakarta.

Tidak hanya itu , kita akan bisa melihat fosil-fosil binatang purba , antara lain Gajah purba Elephas namadicus, Stegodon trigonocephacus, Mastodon sp, Bubalus palaeokarabau (kerbau) Felis Palaeojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Boviade (sapi) Cervus sp (rusa), Hippopotamus sp ( kuda nil).

Crocodillus sp ( buaya), Pelecypoda, Gastropoda, Chelonia sp (kura-kura).

Untuk lebih jelas dalam memahami proses yang terjadi bisa mengikuti visua;l yang disediakan pada layar-layar monitor disetiap ruang display.
Itu tadi jalan-jalan saya di Museum Purbakala Sangiran, Sragen semog bisa menjadi informasi yang berguna bagi anda dan selalu ingin mengunjungi Museum kebanggaan bangsa tersebut.
Terakhir mungkin penting anda mengutip tulisan Anis Baswedan yang di tinggalkan di Museum tersebut, terutama setelah anda berkeliling mengunjungi museyum tersebut.

0 comments:

Post a Comment

Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.

Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.

Contact Admin

Recent Post

    Area Soloraya

    VISIT SOLORAYA

    Seni Budaya Jawa

    Popular Posts

    Kalender

    Translate To



    EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianBrazilJapaneseKoreanArabicChinese Simplified



    Labels

    Boyolali (14) Karanganyar (25) Klaten (11) Sragen (17) Sukoharjo (11) Surakarta (13) Wonogiri (14)