Barangkali Anda salah satu penikmat gurihnya susu sapi
segar. Hangatnya susu sapi, setelah dipasteurisasi, cukup nikmat
dikonsumsi pada pagi atau malam hari. Bila ditambah sirup atau es batu,
kesegaran susu pun terasa mak nyes di badan.
Pernahkah berpikir bagaimana sebotol susu segar sampai
di tangan Anda? Mungkin Anda bisa menemukan jawabannya dengan
berjalan-jalan ke Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Di desa ini
Anda dapat berinteraksi dengan peternak sapi perah untuk melihat proses
pemerahan susu. Tidak hanya itu, Anda pun dapat mencoba belajar memerah
dengan bimbingan para peternak. Desa Cepogo berada 13 kilometer ke arah barat dari kota
Boyolali. Ketinggiannya 800 meter di atas permukaan laut sehingga
memiliki topografi dataran tinggi, dengan curah hujan 9000 mm per tahun.
Oleh karena itu, kondisi ini menyebabkan Desa Cepogo cocok untuk
peternakan sapi perah. Di Boyolali sendiri, sapi subtropis ini bisa
hidup di wilayah berhawa dingin lainnya seperti Kecamatan Selo, Ampel,
Musuk, Boyolali, dan Mojosongo.
Batas wilayah Desa Cepogo diapit oleh Desa Kembang
Kuning di sebelah utara, Desa Mliwis di sebelah selatan, Desa Genting di
sebelah barat, dan Desa Cabean Kunti di sebelah Timur. Desa yang dihuni
lebih dari 1.600 KK ini, memiliki luas 350,35 hektar.Akses menuju lokasi sudah berupa jalan beraspal. Hanya
sedikit jalan aspal yang rusak. Kebanyakan jalan yang dilewati masih
layak pakai. Kendaraan yang Anda gunakan sebaiknya dalam kondisi prima.
Jalanan yang akan ditapaki cenderung menanjak. Konsentrasi tidak boleh
menurun karena banyak jalan berkelok dan tidak terlalu lebar. Namun Anda
akan dimanjakan indahnya pemandangan gunung Merapi di sepanjang
perjalanan.
Masyarakat Desa Cepogo sangat ramah kepada pendatang.
Sepanjang melintas jalanan di desa ini, ramah sapa senantiasa
ditunjukkan warga dengan berucap, “Monggo, mas.” Tidak jarang
pula warga mengajak mampir untuk sekedar minum teh di rumahnya. Sungguh,
Anda bisa merasakan hubungan kekerabatan yang kuat di sana.
Di desa ini, Anda bisa mampir di Dusun Kupo dan Banaran.
Pada kedua dusun ini banyak warga yang memelihara sapi perah. “Produksi
susu sapi di Desa Cepogo banyak ditemui di Kupo dan Banaran,” ujar
Abdul Choir, Kepala Desa Cepogo. Pemerahan susu sapi dilakukan peternak pada pagi dan
sore hari. Bila tidak ingin ketinggalan momen tersebut, Anda bisa datang
sebelum pemerahan dimulai. Anda diperbolehkan melihat prosesnya di
kandang dan melakukan pemerahan sendiri bila menghendaki.
Supriati, peternak sapi perah di Dusun Kupo, mengaku
senang bila rumahnya didatangi wisatawan. “Masih sangat jarang ada
wisatawan ke sini. Dulu pernah ada tamu rombongan yang ikut melihat
langsung proses pemerahan. Hanya sekali itu saja tempat saya dikunjungi.
Saya yakin bila banyak wisatawan datang, akan mampu mengangkat
perekonomian warga,” ujar wanita 38 tahun ini optimis. “Ada 9 peternak
sapi perah yang ada di sini,” lanjut Supriati. Potensi wisata baru di Desa Cepogo ini ternyata belum
tergarap maksimal. Dusun Tumang, bagian dari Desa Cepogo, lebih dahulu
terangkat dengan kerajinan tembaganya. Sedangkan potensi agrowisata
pemerahan susu sapi belum terlalu disosialisasikan. “Saat ini yang cukup dikenal hanya Tumang yang menjadi
pusat kerajinan tembaga. Belum ada instruksi dari pemkab dalam
pengembangan wisata untuk sapi perah Saya menyambut baik bila Pemkab
Boyolali juga turun tangan untuk mau mengangkat potensi wisata tersebut
di desa ini, agar mampu mengangkat ekonomi warga,” ujar Abdul Choir.
Melihat penyediaan fasilitas wisata di Desa Cepogo, memang masih minim. Keberadaan homestay
sulit ditemui di sini. Untuk mencari penginapan, wisatawan harus ke
Selo yang jaraknya kurang lebih enam kilometer dari Desa Cepogo. Harga
sewa kamar di sana berkisar antara 25 ribu hingga 100-an ribu rupiah. “Kendala saat ini salah satunya adalah penginapan. Belum
banyak warga yang bersedia menjadikan rumahnya sebagai penginapan.
Namun bisa jadi kalau banyak wisatawan datang ke sini, warga akan
tertarik membuatnya,” ujar Jamari, ketua RT 03/RW 03 Dusun Kupo, Desa
Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali. Kendala lain adalah keadaan kandang sapi yang terlihat
kotor. Jumari khawatir bila wisatawan yang datang tidak terbiasa
menghadapi hal-hal yang dianggap kotor, dia bisa merasa jijik. “Namun
yang ini bisa disiasati dengan meminimalkan keberadaan barang-barang
yang dianggap jijik dari dalam kandang,” kata Jumari. Kotor memang sebuah anggapan. Namun dengan melihat dan
mempraktikkan langsung pemerahan sapi, justru wawasan Anda akan
bertambah dari sini. Setelah menikmati proses pemerahan, Anda pun bisa
membeli susu segar langsung dari peternak. Seekor sapi perah mampu
memproduksi susu 10 hingga 15 liter per hari. Dari empat sapi perah
produktif yang dimiliki Supriyati, misalnya, bisa dihasilkan susu segar
sebanyak 50 hingga 55 liter sehari. Harga eceran susu tertinggi per
liter sekitar Rp 2.800. Cukup murah bukan. Hanya saja harga ini sebenarnya masih cukup memberatkan
peternak. “Harga pakan ternak kualitas bagus, per kilo sudah Rp 2.500.
Bila dibandingkan dengan nilai jual susu per liter, maka tidak terlalu
sebanding marginnya. Maka dari itu, saat ini lebih banyak peternak yang
beralih dari sapi perah ke sapi potong,” ungkap Jumari. “Dalam sebulan saya bisa mendapatkan omset 1,5 juta.
Tapi kalau pas deras-derasnya susu sapi pasca melahirkan, saya bisa
dapat 2,5 juta. itu belum dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan,” keluh
Supriyati.
Penggarapan peternakan sapi perah untuk tujuan
agrowisata ini memang masih terkesan berjalan sendiri-sendiri. Di antara
peternak sapi perah Desa Cepogo, belum terbentuk semacam kelompok sadar
wisata yang berperan dalam peningkatan nilai desa dari sektor
pariwisata. Bila ada wisatawan datang dan ingin berinteraksi dengan
peternak, mereka bisa memilih sendiri salah satu peternak yang ada.
“Semua peternak masih terfokus pada besaran peningkatan produksi susu
dan penjualan,” kata Jumari.
Sebenarnya penggarapan potensi wisata pemerahan susu
sapi ini siap diawali warga. “Penggarapan ini tidak lepas dari peran
serta pemkab untuk serius memberikan fasilitas memadai sebagai tujuan
wisata, termasuk dari sisi promosi Permodalan pun juga harus dibantu,
misalnya, persoalan seputar pengadaan bibit dan pembudidayaan sapi
perah. Saya yakin warga Desa Cepogo siap mewujudkan potensi ini,” pesan
Abdul Choir.
0 comments:
Post a Comment
Tata tertib berkomentar :
1. Komentar harus relevan dengan konten yang dibaca
2. Gunakan bahasa yang baik dan sopan
3. Tidak mengandung unsur SARA or Bullying.
4. Dilarang SPAM. Exp: Nice gan, Makasih Gan, dll
5. Dilarang menyisipkan link pada isi komentar. Aktif ataupun tidak.
Berlakulah dengan bijak dalam menggunakan sarana publik ini. Baca dan pahami isinya terlebih dahulu, barulah Berkomentar. Terimakasih.