Perjalanan dari Karanganyar menuju Kecamatan Jenawi memakan waktu
hampir dua jam dengan kecepatan 60 kilometer per jam. Tapi lelah karena
perjalanan naik sepeda motor itu terbayar saat Solopos.com sampai di Jembatan Selfie, Dukuh Tempel, Desa Anggrasmanis, Jenawi, Minggu (15/1/2017).
Warga sekitar mengenal Jembatan Selfie dengan Thuk Mangklung Indah
(TMI). Perjalanan menuju lokasi itu cukup menantang. Kontur jalan
menanjak terjal di antara area persawahan dan ladang penduduk.
Beberapa ratus meter adalah jalan setapak yang sudah dilapisi beton
lalu disambung jalan setapak dari tanah yang dipadatkan. Kemahiran
berkendara di jalan menanjak dengan kemiringan sekitar 30 derajat itu
benar-benar teruji.
Pantauan Solopos.com, sejumlah pengendara sepeda motor
mengalami kesulitan pada tanjakan pertama. Tetapi jangan khawatir, warga
sekitar sudah berjaga di sekitar tanjakan. Mereka siap membantu
pengendara yang kesulitan di tanjakan. Mereka memasang ganjal ban maupun
membantu mendorong hingga pengendara bisa menguasai laju kendaraan.
Pengunjung cukup merogoh saku Rp6.000 per orang untuk menikmati
fasilitas di objek wisata Jembatan Selfie. Uang itu sudah termasuk biaya
parkir. Perjalanan melelahkan terbayar saat sampai di rumah pohon.
Rumah pohon tanpa atap itu memanfaatkan batang dan dahan pohon alpukat,
nangka, dan lain-lain.
Ketinggian rumah pohon sekitar 3-4 meter dari tanah. Sedangkan
Jembatan Selfie terbuat dari bambu. Jembatan selfie memiliki ketinggian
4,5 meter dari jalan setapak. Pemandangan yang disuguhkan adalah
sebagian wilayah Karanganyar dan Ngawi di Jawa Timur.
Objek wisata Jembatan Selfie masih memiliki pesona lain, yaitu
sensasi duduk di rumah pohon saat angin berembus kencang. Adrenalin
terpompa karena rumah pohon bergoyang-goyang. Pengunjung Jembatan
Selfie, Veri, Vita, dan enam orang lainnya yang datang dari Sragen,
mengaku takjub dengan keindahan tempat itu.
Itu adalah kali pertama mereka berkunjung ke objek wisata tersebut.
Veri dan Vita mengaku mengetahui objek wisata itu dari media sosial.
Mereka merasa tidak rugi meskipun harus menempuh perjalanan jauh dan
jalur terjal.
“Puas. Fotonya bisa di-upload di media sosial. Bagus. Nanti
mau ke sini lagi. Tetapi ya itu, jalannya menanjak. Agak susah. Kalau
bisa diperbaiki, mungkin lebih nyaman. Angin kencang tapi seru bikin
deg-degan pas di rumah pohon,” tutur Vita saat ditemui Solopos.com.
Pengelola sekaligus Bayan Tempel, Warsito, menuturkan konstruksi
rumah pohon dan Jembatan Selfie itu aman. Warga membangun konstruksi
menggunakan mur dan baut. Warga memiliki ide membuat objek wisata
memanfaatkan panorama itu pada September 2016 lalu.
Proses pembangunan memakan waktu satu bulan. Warsito mengaku ide kali
pertama muncul dari mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) UNS. “Saya
ditunjukkan cara mengoptimalkan potensi pemandangan alam di sini. Kami
realisasikan dan ternyata diminati. Enggak menyangka sambutan dari
masyarakat seperti ini. Semua ini berkat dukungan warga dan pemerintah
desa,” kata Warsito saat ditemui wartawan, Minggu.
Dia menyampaikan rencana pengembangan objek wisata. Prioritas warga
dukuh adalah menambah fasilitas di sekitar objek wisata, seperti gazebo
untuk berteduh, kolam renang, taman, akses jalan menuju lokasi objek
wisata, dan lain-lain.
“Semua dikerjakan swadaya. Termasuk lahan yang digunakan ini. Tujuan
kami mengenalkan pesona Jenawi dan meningkatkan kesejahteraan warga
sekitar,” ujar dia.
Jembatan Selfie ramai dikunjungi pada Sabtu, Minggu, dan hari libur.
Rata-rata pengunjung akan memadati objek wisata itu pada siang menjelang
sore hari. Mereka bermaksud mengabadikan matahari terbenam. Objek
wisata buka mulai pukul 07.00 WIB-18.30 WIB.